selamat datang

Sedikit Tentangku

Foto Saya
kahar mappasomba
memiliki keluarga yang sangat menyayangi satu sama lain 1. tampan 2. tinggi 3. penyayang 4. romantis 5. poros tengah 6. ...?
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Aktifitasku

Minggu, 18 November 2012

Logo dan Logika Perjuangan

alhamdulilah mudah-mudahan dapat bekerja dan memberi kontribusi menyelamatkan generasi bangsa...

itulah yang pertama kali terucap oleh sang pembuat logo ini. berbekal semangat yang luar biasa ntuk melawan arus dan laju napsa dan HIV Aids di kabupaten bulukumba. dari semangat ini pulalah kemuadian telah dilakukan beberapa kali diskusi (yang sebenarnya diharapkan rutin0 sehingga dapat menjadi media evaluasi gerakan yang dilakukan.

beberapa saat yang lalu, salah satu media online (tribun-timur) merilis tentang pembagian kondom gratis di kawasan rekreasi bira (syahwat dan alam) yang dilakukan oleh KPA yang mengatasnamakan pengcegahan sebenarnya menurut saya bukanlah solusi yang efektik untuk kemudian dapat menanggulangi perkembangan HIV, mengcegah mungkin memang iya, tapi apakah itu bijak dengan kondisi kekinian, apalagi bulukumba yang dikenal sebagai daerah kabupaten yang paling getol menyuarakan perda nuansa syariah. itu sama saja (menurutku melegalakan prostitusi dan lokalisasi seks. kami sebagai forum bukanlah bagian dari gerakan tersebut. kami berangkat dari gerakan kebudayaan untuk melawan dan melakukan penanggulakan perkembangan NAPSA dan HIV AIDS... 

ini menurutku...bagaimana menurut anda?
Jumat, 18 Mei 2012

Dongeng Ibu dari Negeri Sakura

Konon, di Jepang ada semacam kebiasaan ‘membuang’ orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Seorang anak sedang membawa ibunya yang sudah tua ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak menggendong ibunya sampai ke tengah hutan. Selama perjalanan, Sang Ibu mematahkan ranting-ranting kecil.
Setelah sampai di tengah hutan, anak laki-laki itu menurunkan ibunya. “Kita sudah sampai, Bu,” katanya. Ada perasaan sedih di hatinya, entah mengapa ia tega melakukannya. 
Ibu, dengan tatapan penuh kasih berkata,
Nak, ketahuilah, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu dengan tulus. Sejak kamu kecil sampai detik ini pun, kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. Ibu tidak ingin ketika kamu pulang nanti, kamu tersesat dan celaka di jalan. Ibu sudah mematahkan ranting-ranting pohon, agar kau bisa jadikan petunjuk jalan.”
Mendengar kata-kata ibunya, hancurlah hati si anak. Dipeluknya Ibu erat-erat sambil menangis. Ia bawa kembali ibunya pulang, dan merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.
Cerita ini mungkin hanya mitos, tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang serupa. Orang tua terpinggirkan dan hidup kesepian hingga ajal tiba. Atau mungkin dimasukkan panti jompo, dan dijenguk bila ada waktu saja.
Sederhana saja, ingatlah perjuangan mereka sewaktu membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, serta membekali kita hingga tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan luar biasa.
Aku ingat semua doa ibuku. Doa-doa itu selalu menyertaiku dan akan selalu menjadi pegangan sepanjang hidupku.” – Abraham Lincoln

ditulis oleh zoom-indonesia

Masalah Kakek dan Meja Kayu

 Seorang kakek harus tinggal bersama anak dan menantunya. Selain itu, tinggal pula anak mereka yang berusia 6 tahun.
Tangan orangtua ini begitu rapuh dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya pun sudah buram, dan berjalannya ringkih.
Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Namun, kakek pikun ini sering mengacaukan suasana. Tangan yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya kesulitan menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke lantai. Dan saat si kakek meraih gelas, segera saja air itu tumpah membasahi taplak.
Anak dan menantunya mulai gusar, karena  merasa direpotkan.
Kita harus lakukan sesuatu,” ujar sang suami. “Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini.”
Lalu, sepasang suami istri ini membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, kakek akan duduk untuk makan sendirian. Dan karena sering memecahkan piring, ia diberikan mangkuk kayu.
Saat keluarga itu sibuk dengan makan malam, seringkali terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput di wajah kakek. Namun, kata yang keluar dari suami istri ini selalu omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi. Anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi dalam diam.
Suatu malam, sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya sedang memainkan mainan kayu. Dengan lembut ia bertanya, “Kamu sedang membuat apa?”
Anaknya menjawab, “Aku sedang membuat meja kayu. Untuk tempat makan ayah dan ibu saat ku besar nanti. Nanti akan kuletakkan di sudut itu, di dekat tempat kakek.” Ia tersenyum dan melanjutkan pekerjaannya.
Terpukullah hati kedua orang tuanya mendengar itu. Mereka tak mampu lagi berkata-kata, airmata mulai bergulir di pipi mereka.
Malam itu, mereka menuntun tangan kakek untuk kembali makan bersama di meja makan. Tak ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, makanan yang tumpah atau taplak yang ternoda.
Orangtua yang bijak akan selalu menyadari, setiap “bangunan jiwa” yang disusun, adalah pondasi kekal bagi masa depan anak-anaknya. Buatlah anak-anak kita selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain adalah sama halnya dengan tabungan masa depan.
  zoom-indonesia.

laskar kelor

hubungi kami

Followers