selamat datang
Sedikit Tentangku
Foto Saya
kahar mappasomba
memiliki keluarga yang sangat menyayangi satu sama lain 1. tampan 2. tinggi 3. penyayang 4. romantis 5. poros tengah 6. ...?
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Aktifitasku
Kamis, 17 Mei 2012

Mengasihi Orang Tak dikenal dengan Tulus

          Seorang tentara muda Amerika akhirnya diijinkan pulang setelah lama berjuang di medan perang. Setibanya di San Francisco, ia menghubungi orang tuanya untuk memberi kabar. Namun sebelum pulang, ia menyampaikan suatu permintaan.
“Aku akan pulang, tapi aku akan mengajak seorang teman untuk pulang bersamaku,” katanya. Dengan segera orang tuanya menyanggupi dan mengatakan mereka akan sangat senang bertemu dengan temannya.
“Tapi ada yang harus kalian ketahui, ia terluka sangat parah saat berperang. Ia menginjak ranjau dan kehilangan satu lengan dan kakinya. Tak ada tempat untuknya tinggal, aku ingin dia tinggal bersama kita.”
Penuh simpati, orang tuanya berkata, “Kami turut bersedih mendengarnya, Nak. Kita bisa membantunya untuk menemukan tempat tinggal di sekitar sini nanti.”
“Tidak, Bu, aku ingin dia tinggal bersama kita,” sergahnya.
Sang ayah mengambil alih pembicaraan. “Nak, kau tidak tahu apa yang kau minta. Seseorang dengan kekurangan yang demikian akan merepotkan. Kita punya hidup sendiri yang harus diurus. Menurutku, pulanglah tanpa dia dan lupakan keinginanmu itu. Dia pasti menemukan jalannya sendiri untuk hidup.”
Setelah mendengar itu, si tentara muda terdiam hingga ayahnya memutuskan pembicaraan. Sejak itu, tak ada lagi kabar darinya. Mengira anak mereka masih diliputi kejengkelan, orang tuanya memilih untuk membiarkan saja hingga ia sadar dan pulang ke rumah.
Beberapa hari kemudian, mereka mendapat kabar dari kepolisian San Francisco. Anak mereka, si tentara itu, diyakini melakukan bunuh diri dengan loncat dari atap gedung. Dalam kesedihan luar biasa, mereka terbang ke San Francisco untuk menjemput jenazah anaknya.
Ketika kain penutup dibuka, dengan segera mereka mengenali wajah putra mereka. Namun ketika kain disingkap hingga perut, mereka tak lagi sanggup berkata-kata. Jenazah itu hanya memiliki satu lengan dan satu kaki. Teman yang disebut anaknya di telepon itu ternyata dirinya sendiri.
Bila si anak mengaku bahwa dirinya kehilangan lengan dan tangan, pasti orang tua ini masih menerimanya dengan tangan terbuka dan merawatnya dengan penuh kasih. Namun dengan perumpamaan 'seorang teman', ia tahu bahwa sesungguhnya mereka merasa kerepotan.
Ketulusan dalam mengasihi masih menjadi tugas sulit bagi kita. Tanpa sadar kita sering mengasihi orang lain karena suatu alasan tertentu, diperintah oleh rasa takut, rasa kagum, rasa sungkan, bahkan karena tujuan tersembunyi untuk mendapatkan balasan yang lebih besar.
Bila kita mampu mengasihi orang lain dengan tulus, tanpa ketakutan dan tanpa mengharap imbalan, kita akan lebih mampu untuk benar-benar mengasihi orang-orang terdekat dengan lebih baik lagi.
ditulis Oleh zoom-indonesia

Duduk Diam Bersama Seorang Kawan


Rooney memiliki tetangga seorang kakek tua yang tidak pernah ramah padanya. Kabarnya, kakek itu tidak suka dengan anak kecil. Inilah mengapa kakek itu tidak memiliki anak dan hanya tinggal berdua bersama istrinya.
Suatu hari, istri kakek itu meninggal. Karena tidak memiliki anak, kakek itu merasa sangat kesepian. Namun dengan kekerasan hatinya, ia yakin pasti bisa melewati semuanya.
Satu minggu berlalu, kakek itu masih terlihat sedih. Namun ia masih sering keluar rumah untuk berbelanja, berolahraga pagi dan membaca koran di beranda. Hingga suatu hari, Rooney yang hendak bermain di kebun belakang rumahnya, melihat kakek itu duduk di serambi belakang rumah sambil tertunduk.
Penasaran, Rooney kecil mulai berjinjit melewati pagar rumahnya untuk melihat kakek itu lebih jelas. Ia semakin penasaran karena kakek jahat itu nampak aneh sekali. Ia pun mulai memanjat pagar dan berjalan mendekat.
Hey, apa yang kau lakukan di sini?” ujar kakek itu, berusaha jahat seperti biasanya. Namun kesedihan diwajahnya tak dapat ditutupi. Rooney hanya berdiri diam di depan kakek. Tak disangka, kakek itu malah mulai tersedu-sedu. Rooney pun memutuskan duduk disamping kakek itu.
Sementara ibu Rooney yang menyadari tidak ada suara Rooney bermain di halaman belakang, tergopoh-gopoh membuka pintu belakang dan mencari-cari. Ia terkejut melihat tetangganya menangis, namun tak tahu apa yang harus ia lakukan. Kemudian ia ikut duduk diam sambil mengamati putranya dari jauh.
Menit demi menit berlalu hingga kakek itu menguasai dirinya lagi. “Terima kasih,” katanya sambil menepuk lembut pundak Rooney. Kemudian ia bangkit dan mengantar Rooney pulang.
Ibu Rooney membuka pintu dan berpura-pura tidak tahu. Namun ia memberanikan diri bertanya pada tetangganya, “Apa Anda baik-baik saja?”
Kakek itu menjawab sambil tersenyum, “Jika yang kau khawatirkan apakah anakmu menggangguku, jawabannya tidak. Dia justru membantuku melepaskan beban dihatiku.”
Malam hari, ibu pun tertarik bertanya pada anaknya, “Apa yang kau lakukan bersama kakek sebelah rumah?”
Tidak melakukan apa-apa,” jawab Rooney yang kemudian kembali asyik membantu menyiapkan makan malam.
Terkadang, yang kita butuhkan hanya seorang teman yang ada didekat kita pada saat yang paling kita butuhkan, tanpa nasihat, banyak bicara dan kata-kata. Hanya duduk diam bersama seorang kawan, bisa menjadi obat terbaik bagi kegundahan kita.
laskar kelor
hubungi kami
Followers